“Hai
Neptunus, apa kabar di laut biru? Perahu kertas yang kali ini akan membawakanmu
kisah tentang perjalanan hatiku…”
Poster film Perahu kertas
Layaknya
sebuah film yang diangkat dari kisah novel, pasti banyak pembaca setia yang
mengharapkan film dari novel kesayangannya akan sebagus imajinasi mereka.
Begitu pula dengan Film Perahu Kertas adaptasi dari novel Dewi ‘Dee’
Lestari yang tayang serentak di bioskop pada 16 Agustus. Bagi saya, film
adaptasi yang sama persis dengan novel justru tidak membuatnya menjadi karya
yang menarik. Butuh sedikit perbedaan penafsiran, asal bukan di inti cerita,
agar film menjadi medium yang berbeda untuk menampilkan kisah novel dengan
mengangkat ide yang sama.
Ketika megetahui bahwa film Perahu
Kertas disutradari oleh Hanung Bramantyo, ditambah Dee sebagai penulis
skenario, saya yakin bahwa Perahu Kertas dalam medium film akan tetap ‘nikmat
dan mengalir’ seperti novelnya. Perasaan itu saya buktikan malam ini. Begitu
film usai, komentar pertama yang terlintas di benak saya adalah: Lihat
filmnya, dengarkan musiknya, dan rasakan sensasinya. Sepertinya Hanung
Bramantyo tidak banyak melakukan interpretasi terhadap film ini. Barangkali
itulah alasan mengapa film Perahu Kertas dibagi menjadi dua bagian. Supaya
filmnya terasa mengalir, memang seharusnya tidak banyak bagian cerita dari
novel yang dipotong. Novel yang terdiri dari 434 halaman tentu saja cukup
panjang jika harus dipaksakan menjadi satu cerita film yang rata-rata durasinya
120 menitan.
Sinematografi dalam film ini juga
apik. Adegan pembuka cukup memanjakan mata penonton dengan keindahan bawah laut
dan deburan ombak. Sesuai dengan novelnya, dikisahkan seorang gadis bernama
Kugy (Maudy Ayunda) yang akan menempuh kehidupan barunya sebagai mahasiswa di
kota Bandung. Proses kepindahan Kugy dibantu oleh sahabatnya sejak kecil
bernama Noni (Syvia Fully). Kugy yang memiliki hobi menulis dongeng memilih
kuliah di jurusan Sastra. Oleh Noni dan pacarnya yang bernama Eko (Fauzan
Smith), Kugy dinilai sebagai anak aneh yang memiliki hobi aneh pula, yaitu
melarung perahu kertas.
Kugy dan Keenan
Kugy
kemudian bertemu dengan sepupu Eko yang bernama Keenan (Adipati Dolken). Salah
satu dialog yang menurut saya menarik terjadi ketika Kugy bercerita mengenai
rencana hidupnya setelah selesa kuliah di jurusan Sastra.
“Aku
kuliah di Sastra. Kemudian lulus dan kerja sampai mapan. Setelah itu aku baru
bisa jadi penulis dongeng”.
Tanggapan
dari Keenan,”Oh kalau begitu kamu berputar dulu jadi orang lain, baru kamu
kembali jadi diri kamu sendiri, begitu?”
Bagi Kugy, impian itu harus dikejar.
Tapi ia juga realistis bahwa impiannya yang tak lazim bisa jadi akan membuat
hidupnya menjadi sulit. Tapi setidaknya ia masih beruntung dizinkan kuliah di
jurusan yang sesuai dengan minatnya. Keenan yang hobi melukis terpaksa masuk
jurusan Ekonomi karena paksaan dari sang Ayah.
Pembaca novel Perahu Kertas tentu
tahu bahwa kisah yang dihadirkan Dee berlapis tapi saling terkait. Awalnya saya
tidak yakin kisah itu dapat disampaikan dengan cair dalam film. Tapi nyatanya,
Hanung berhasil menyampaikan kisah yang berlapis itu dengan apik. Terhalangnya
perasaan cinta Kugy dan Keenan karena situasi akhirnya membuat mereka saling
menjauh satu sama lain. Kugy mulai menjauh ketika ada sosok wanita bernama Wanda
(Kymberly Ryder) yang menyukai Keenan. Keenan pun mengalami konflik dengan
ayahnya akibat pilihannya untuk berhenti kuliah dan menekuni dunia melukis.
Dalam rasa kehilangan, Kugy dan
Keenan mulai menemukan sosok yang mencintai mereka. Remi (Reza Rahadian) untuk
Kugy dan Luhde (Elyzia Mulachela) untuk Keenan. Ketika Kugy dan Keenan mulai
mencintai pasangan mereka dalam ‘pelarian’, mereka justru harus dipertemukan
oleh takdir.
Lukisan Keenan
Perahu Kertas adalah cerita cinta
dalam arti yang luas. Kisah cinta antar pasangan manusia, dibalut konflik untuk
mencintai impian mereka. Berusaha untuk menjadi diri sendiri, mengikuti kata
hati, tanpa harus berubah jadi orang lain untuk sekadar mencintai. Seperti tema
pada nover bestseller lain yang diangkat jadi fim, seperti Laskar
Pelangi dan Negeri 5 Menara, kekuatan mimpi dan keyakinan itu tidak
terbantahkan. Memang hal tersebut belum tergambarkan utuh dalam fim Perahu
Kertas bagian pertama ini. Tapi saya punya harapan besar bahwa kekuatan itu
akan muncul di bagian keduanya.
Sedikit bocoran, Hanung Bramantyo
bersama Dee dan Titi DJ ikut ambil peran dalam film ini. Penasaran mereka
bermain sebagai apa? Langsung saja lihat filmnya ya.
“Hai
‘Nus, manusia satu itu muncul lagi. Apa kabar ya dia? Tunggu perahu kertasku
ya.. cerita ini belum usai…,” (Kugy)
sumber : http://hiburan.kompasiana.com