Rabu, 13 November 2013

KATALOGISASI DI PERPUSTAKAAN SSEKOLAH
            Dalam menunjang kegiatan belajar mengajar disekolah, perpustakaan sekolah berupaya menyediakan sumber-sumber informasi pengetahuan. Karena dengan tersedianya sumber informasi tersebut siswa, guru dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan cara membaca, melihat maupun mendengarkan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah.
            Sesuai dengan perkembanagn jaman, dewasa ini bentuk-bentuk sumber  informasi itu tidankya berupa barang cetak semata, seperti buku, koran, surat kabar dan sejenisnya.
             Jenis-jenis tersebut sekarang sudah banyak yang  dialih mediakan, seperti CD, Plasdisk, film dan sejenisnya. Mengingat beragamnya  bentuk dari sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah tersebut akan  mempengaruhi kecepatan dan ketepan bagi petugas maupun penggunanya untuk  menemukan kembali sumber informasi yang dibutuhkannya.
            Berangkat dari hal tersebut di atas agar mudah penempatan serta  penemuan kembali sumber informasi yang dimilki perpustakaan, sumber informasi  yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah harus dikelola dengan cara mengolahnya terlebih dulu.
            Perlu diketahui sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan sebelum disajikan untuk dipinjamkan kepada pemakai perpustakaan, koleski tersebut harus diolah dengan cara melakukan iventarisasi bahan pustaka dengan member register buku, membuatkan label dan katalogisasi bahan pustaka.
1. Katalog
            Katalog adalah suatu daftar yang disusun dengan tujuan tertentu, misalnya: katalog barang, catalog penerbit katalog perpustakaan, katalog pameran dan sebagainya. Katalog perpustakaan merupakan daftar buku atau bahan pustaka bentuk yang lain.
            Dalam katalog ini dibuat tentang nama pengarang, judul buku, edisi, cetakan, kota terbit, penerbit dan tahun terbit. Dengan katalog perpustakaan ini pengguna perpustakaan dapat memperoleh sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan.

2. Katalogisasi
            Katalogisasi atau pengkatalogan merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pustakawan atau petugas perpustakaan menyusun dan membuat kartu katalog .
Ada dua macam kegiatan pembuatan katalog, yaitu:
a. katalogisasi subyek
 yakni menampilkan subyek buku berupa tajuk subyek dan notasi klasifikasi,
b. katalogisasi deskriptif
 yakni menampilkan entri utama dari sebuah buku, terdiri atas tajuk entri utama dan deskripsi bibliografi.
B. Tujuan dan fungsi katalog
            Tujuan dari pembuatan katalog perpustakaan adalah untuk membantu pengguna perpustakaan untuk menemukan sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan. Selain itu katalog perpustakaan merupakan wakil dokumen yang berisikan sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan itu berada.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pembuatan catalog perpustakaan pengguna dengan mudah.
1. memungkin seseorang mememukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan :
a. pengarang
b. judul atau
c. subyek
2. menunjukan buku yang dimiliki perpustakaan :
a. oleh pengarang tertentu
b. berdasarkan subyek tertentu, atau
c. dalam jenis literature tertentu
3. Membantu dalam pemilihan buku :
a. berdasarkan edisinya
b. berdasarkan karakternya
Sedangkan fungsi dari pembuatan katalog perpustakaan pada umumnya adalah:
 1. Sebagai alat pengumpul atau “assembling list”, yang fungsinya mencatat, mendaftar atau mengumpulkan setiap koleksi yang ada di perpustakaan dibawah entri-entrinya

2. Sebagai alat pencari atau penelusur (“finding list”), yang membimbing pemakai untuk mencari dan menelusuri koleksi yang dicari dibawah entri-entri dari koleksi atau karya tersebut.
 3. Sumber yang memberikan alternatif pilihan karya .
 4. Memberikan petunjuk dimana buku disusun dalan rak
 5. Sumber penyusunan bibliografis
 Dari tujuan dan fungsi inilah nampak betapa pentingnya katalog perpustakaan,karena katalog merupakan kunci bagi koleksi suatu perpustakaan.
C. Macam, sistem dan susunan katalog.
 Ada beberapa macam katalog yang digunakan pada perpustakaan, umumnya
kita mengenal 3 macam katalog, yaitu:
 1. Katalog kartu (card catalog) Materi Disajikan Pada Diklat Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi Guru dan Pengelola
Katalog kartu yang tebuat dari kertas manila yang agak tebal dari pada kertas HVS, kartu ini memiliki ukuran 12,5 x 7,5 cm. Selanjutnya kartu katalog kartu ini disimpan dalam laci-laci katalog dan disusun secara alfabetis pengarang (katalog pengarang), alfabetis subyek (katalog subyek) maupun urutan klasifikasi (katalog selflist) .
 2. Katalog berkas (sheaf catalog), adalah katalog yang berupa lembaran lepas, disatukan dengan penjepit khusus. Setiap lembar memuat satu entri, dan setiap penjepit berisi 500 – 600 lembar atau slip. Ukuran katalog berkas ini 12,5 x 20 cm.
 3. Katalog buku (book catalog), adalah katalog tercetak dalam bentuk buku, yang masing-masing halamannya memuat sejumlah entri.
 4. Katalog elektrik, adalah katalog dalam bentuk file di komputer katalog ini mudah diakses untuk penelusuran atau pencarian ulang.
 5. Katalog terpasang, yaitu katalog yang entri-entri disusun dalam komputer dengan menggunakan database tertentu  Dari beberapa macam katalog tersebut diatas, ada keuntungan dan kelemahannya
 masing-masing, suatu contoh katalog kartu mepunyai keuntungan :
 a. Tidak mudah hilang, karena tidak mudah dibawa-bawa seperti katalog buku atau berkas.
 b. Mudah menggunakannya
 c. Luwes, karena dengan mudah kita dapat menyisipkan kartu-kartu baru.
 d. Mudah dalam menggandakan entri-entrinya
 e. Mudah dibuatkan petunjuk-petunjuknya (guide card)
 Kelemahan katalog kartu antara lain:
a. Katalog kartu sangat tergantung pada tempat, sehingga bila jumlahnya  sampai melebihi kapasitas laci katalog akan menimbulkan kesulitan  dalam menggunakannya.
 b. Katalog kartu tidak bisa dibawa kemana-mana.
 Adapun sistem katalog yang dipakai di perpustakaan ada beberapa sistem yakni: Materi Disajikan Pada Diklat Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi Guru dan Pengelola
1.      Sistem katalog abjad (alphabetical catalog), pada sistem ini katalog-katalog pengarang, judul, dan subyek disusun menurut urutan abjad
Dari sistem ini dibagi lagi menjadi dua yaitu:
 1.1. Sistem katalog kamus (dictionary catalog), suatu sistem dimana katalogkatalog-katalog pengarang, judul dan subyek disusun dalam satu jajaran menurut abjad (alphabetical order)
 1.2. Sistem katalog terbagi (divided catalog), biasanya sistem ini disusun menurut dua jajaran secara abjad, yaitu satu jajaran menurut entri subyeknya , satu jajaran menurut entri pengarang dan entri judul secara abjad pula.
 2. Sistem katalog klasifikasi (calssified catalog), sistem katalog ini biasanya disebut juga katalog sistematis, dimana katalog disusun menjadi tiga jajaran, yaitu:
 2.1 Jajaran katalog pengarang-judul yang disusun menurut abjad
 2.2 Jajaran katalog subyek yang disusun menurut urutan klasifikasi sebagai entri yang diutamakan
 2.3 Jajaran katalog indeks subyek yang disusun menurut abjad
D. Deskripsi katalog
1. Pengertian
            Yang dimaksud dengan deskripsi katalog adalah keterangan yang terdapat dalam tubuh katalog dimulai dari judul sampai dengan informasi daerah jejakan. Pada umunnya katalog yang digunakan di dunia ini termasuk perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia mengacu ketentuan dari  AACR (Anglo American Cataloging Rules) edisi 2.
Aturan pengkatalogan ini memberikan 3 tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perpustakaan, Hal ini didasari karena adanya perbedaan kepentingan perpustakaan dengan pemakai jasa perpustakaan.

            Sesuai dengan perkembangan jaman dan perkembangan perpustakaan di dunia, sekarang bukan hanya perpustakaan umum saja yang membutuhkan perkembangan teknologi , namun sekarang sudah mewabah ke perpustakaan sekolah-sekolah, terutama terhadap sekolah yang sudah di unggulkan yang sangat membutuhkan pusat informasi  terutama di dalam perpustakaan.

            Jadi, sudah saatnya sekolah-sekolah menerapkan sistem katalogisasi untuk menunjang kebutuhan dalam perpustakaan tersebut.

Senin, 08 Juli 2013

INTERNET VS PERPUSTAKAAN
DI DALAM ERA KETERBUKAAN INFORMASI
GLOBALISASI
             informasi memaksa kita turut mengambil peran dalam setiap aspeknya. Hingga tanpa terasa, kita disuguhi ragam jenis informasi dengan berbagai bentuk dan fungsinya masing-masing.
            Lalu di manakah peran kita? Sebagai subjek atau hanya objek semata? Era keterbukaan informasi yang ditandai dengan kemunculan internet pada awal abad 21 membuka begitu banyak keran informasi yang sebelumnya tak pernah terbayangkan. Bermula dari Arpanet, sebuah jaringan eksperimen milik pemerintah Amerika Serikat berbasis komunikasi data paket yang didirikan di tahun 1969. Tujuannya untuk menghubungkan para periset ke pusat-pusat komputer, sehingga mereka bisa bersama-sama memanfaatkan sarana komputer seperti disk space, database, dan lain-lain.
            Kegiatan ini disponsori Departemen Pertahanan Amerika Serikat bersama lembaga yang dinamakan Advanced Research Projects Agency (ARPA). Di awal 1980-an, Arpanet terpecah menjadi dua jaringan, yaitu Arpanet dan Milnet (sebuah jaringan militer), akan tetapi keduanya mempunyai hubungan sehingga komunikasi antarjaringan tetap dapat dilakukan. Pada mulanya jaringan interkoneksi ini disebut DARPA Internet, tapi lama-kelamaan disebut internet saja. Pemakaiannya sudah bukan murni untuk riset saja, tetapi mencakup kegiatan sosial, komersial (melalui jaringan antarkomersial), budaya, dan lain-lain.
            Ledakan sumber informasi ini mengakibatkan banyak orang sangsi dengan keberadaan perpustakaan, yang sejak awal merupakan tempat rujukan informasi terpercaya yang tidak ada tandingannya. Keberadaan internet mampu menggeser paradigma masyarakat mengenai informasi. Keberadaan internet jugalah yang akhirnya membuat tempat seperti perpustakaan kehilangan ruhnya karena pemikiran masyarakat untuk menggunakan sarana paling mudah, murah, cepat, dan tanpa batas dalam mengakses informasi.

Nasib perpustakaan
            Kemudian timbul pertanyaan, apakah keberadaan internet dapat menjadi pintu kehancuran dunia perpustakaan? Pertanyaan lama yang kini dijawab dengan semakin jarangnya orang yang berkunjung ke perpustakaan-perpustakaan umum dibandingkan dengan warung internet (warnet) yang semakin menjamur.
            Perpustakaan sebagai sarana pencarian, penyimpanan, dan sarana temu balik informasi pada hakikatnya tidak akan mati selama ia dikelola dengan profesional. Tidak berbeda jauh dengan internet, bahkan menyerupai, perpustakaan dan internet mempunyai fungsi yang sama berkenaan dengan informasi. Internet adalah perpustakaan maya. Internet dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar alternatif bagi kalangan akademisi setelah perpustakaan konvensional di lembaga pendidikan tinggi.
            Timbul pertanyaan berikutnya, lalu bagaimanakah pengelolaan perpustakaan yang benar agar eksistensinya tetap terjaga, ketika teknologi bermunculan dan seperti saling melindas satu dan lainnya? Pustakawan dan pengelola perpustakaan sebaiknya menyadari betul fungsi perpustakaan.
            Berawal dari kegiatan pengadaan, pengolahan, penyebaran informasi dan preservasi. Proses pengadaan berkaitan dengan visi dan misi serta kebijakan yang diambil oleh institusi penaungnya. Misalnya bagi perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi, pengadaan buku atau jurnal tentunya terkait dengan fakultas atau program studi yang diselenggarakan di tempat tersebut.
            Kegiatan pengadaan yang baik harus terkoordinasi secara baik oleh pihak-pihak yang berkepentingan, karena terkait dengan anggaran dana. Pustakawan harus memiliki kemampuan untuk memilah dan memilih mana koleksi yang nanti akan dibutuhkan kelompok penggunanya. Selain itu harus pandai melakukan lobi agar anggaran dana tersebut memadai. Di bagian inilah pustakawan hendaknya mengerahkan tenaga dan pikirannya agar koleksi perpustakaan berkembang, kepuasan pengguna tercapai, dan tujuan institusi teraih.
            Penyebaran informasi identik dengan pelayanan. Pelayanan perpustakaan merupakan ujung tombak sebuah perpustakaan. Pelayanan yang ramah dan menyenangkan merupakan salah satu kunci terpenting di samping kelengkapan koleksi yang dapat menjadi daya tarik kunjungan ke perpustakaan. Di bagian pelayanan inilah sebuah sistem yang dijalankan di perpustakaan dapat dinilai baik atau tidaknya. Sistem perpustakaan yang baik haruslah memenuhi persyaratan: mudah melakukan temu balik informasi, yang ditandai dengan ada-tidaknya alat penelusuran seperti katalog.
            Selain itu, adanya rambu-rambu perpustakaan yang dapat memudahkan pengguna dan petugas, serta petugas yang komunikatif dan memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap ilmu dan pengetahuan. Yang terakhir, preservasi (pelestarian bahan pustaka) harus dilakukan dengan berkesinambungan. Pengguna tentu merasa tidak nyaman pada bahan bacaan yang tidak layak dibaca karena banyak halaman hilang karena sobek ataupun karena dimakan usia.
Sumber :

http://www.klik-galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20100217121122&idkolom=opinipendidikan

Selasa, 04 Juni 2013

Perpustakaan diatas air kanada
                Bercerita tentang perpustakaan kali ini akan mengenalkan perpustakaan yang unik,berada di canada.  Perpustakaan diatas air kanada (canada water library) ini Tampak dari luar seperti piramida terbalik yang dibalut aluminium perunggu, sehingga "terlihat sipil dan grand. Bahkan terkadang terlihat seperti  kristal goldish. Di dalamnya ada tangga berbentuk spiral dengan kayu besar di pusatnya . dari beberapa balkon kita juga  dapat melihat pemandangan air  di sekeliling perpustakaan karena terdapat  beberapa balkonnya  yang cukup besar sehingga seperti clos up besar yaang langsung memperlihatkan pemandangan air dibawahnya. Diperpustakaan tersebut juga terdapat kafe  di bawah dan dipenuhi buku-buku di bagian atas serta  didalam ruangan juga dikelilingi galeri. Lokasi Canada Air berada  di Surrey Docks tua Komersial, pada tonjolan besar ke Sungai Thames. Letak perpustakaannya pun  di sebelah stasiun tabung

dan disamping alun-alun pabrik baru.







          Sumber : http://www.dezeen.com

Senin, 03 Juni 2013

Perahu Kertas The Movie (Lebih dari Sekadar Kisah Cinta)



“Hai Neptunus, apa kabar di laut biru? Perahu kertas yang kali ini akan membawakanmu kisah tentang perjalanan hatiku…”


Poster film Perahu kertas
            Layaknya sebuah film yang diangkat dari kisah novel, pasti banyak pembaca setia yang mengharapkan film dari novel kesayangannya akan sebagus imajinasi mereka. Begitu pula dengan Film Perahu Kertas adaptasi dari novel Dewi ‘Dee’ Lestari yang tayang serentak di bioskop pada 16 Agustus. Bagi saya, film adaptasi yang sama persis dengan novel justru tidak membuatnya menjadi karya yang menarik. Butuh sedikit perbedaan penafsiran, asal bukan di inti cerita, agar film menjadi medium yang berbeda untuk menampilkan kisah novel dengan mengangkat ide yang sama.
            Ketika megetahui bahwa film Perahu Kertas disutradari oleh Hanung Bramantyo, ditambah Dee sebagai penulis skenario, saya yakin bahwa Perahu Kertas dalam medium film akan tetap ‘nikmat dan mengalir’ seperti novelnya. Perasaan itu saya buktikan malam ini. Begitu film usai, komentar pertama yang terlintas di benak saya adalah: Lihat filmnya, dengarkan musiknya, dan rasakan sensasinya. Sepertinya Hanung Bramantyo tidak banyak melakukan interpretasi terhadap film ini. Barangkali itulah alasan mengapa film Perahu Kertas dibagi menjadi dua bagian. Supaya filmnya terasa mengalir, memang seharusnya tidak banyak bagian cerita dari novel yang dipotong. Novel yang terdiri dari 434 halaman tentu saja cukup panjang jika harus dipaksakan menjadi satu cerita film yang rata-rata durasinya 120 menitan.
            Sinematografi dalam film ini juga apik. Adegan pembuka cukup memanjakan mata penonton dengan keindahan bawah laut dan deburan ombak. Sesuai dengan novelnya, dikisahkan seorang gadis bernama Kugy (Maudy Ayunda) yang akan menempuh kehidupan barunya sebagai mahasiswa di kota Bandung. Proses kepindahan Kugy dibantu oleh sahabatnya sejak kecil bernama Noni (Syvia Fully). Kugy yang memiliki hobi menulis dongeng memilih kuliah di jurusan Sastra. Oleh Noni dan pacarnya yang bernama Eko (Fauzan Smith), Kugy dinilai sebagai anak aneh yang memiliki hobi aneh pula, yaitu melarung perahu kertas.

 Kugy dan Keenan


            Kugy kemudian bertemu dengan sepupu Eko yang bernama Keenan (Adipati Dolken). Salah satu dialog yang menurut saya menarik terjadi ketika Kugy bercerita mengenai rencana hidupnya setelah selesa kuliah di jurusan Sastra.
“Aku kuliah di Sastra. Kemudian lulus dan kerja sampai mapan. Setelah itu aku baru bisa jadi penulis dongeng”.
Tanggapan dari Keenan,”Oh kalau begitu kamu berputar dulu jadi orang lain, baru kamu kembali jadi diri kamu sendiri, begitu?”
            Bagi Kugy, impian itu harus dikejar. Tapi ia juga realistis bahwa impiannya yang tak lazim bisa jadi akan membuat hidupnya menjadi sulit. Tapi setidaknya ia masih beruntung dizinkan kuliah di jurusan yang sesuai dengan minatnya. Keenan yang hobi melukis terpaksa masuk jurusan Ekonomi karena paksaan dari sang Ayah.
            Pembaca novel Perahu Kertas tentu tahu bahwa kisah yang dihadirkan Dee berlapis tapi saling terkait. Awalnya saya tidak yakin kisah itu dapat disampaikan dengan cair dalam film. Tapi nyatanya, Hanung berhasil menyampaikan kisah yang berlapis itu dengan apik. Terhalangnya perasaan cinta Kugy dan Keenan karena situasi akhirnya membuat mereka saling menjauh satu sama lain. Kugy mulai menjauh ketika ada sosok wanita bernama Wanda (Kymberly Ryder) yang menyukai Keenan. Keenan pun mengalami konflik dengan ayahnya akibat pilihannya untuk berhenti kuliah dan menekuni dunia melukis.
            Dalam rasa kehilangan, Kugy dan Keenan mulai menemukan sosok yang mencintai mereka. Remi (Reza Rahadian) untuk Kugy dan Luhde (Elyzia Mulachela) untuk Keenan. Ketika Kugy dan Keenan mulai mencintai pasangan mereka dalam ‘pelarian’, mereka justru harus dipertemukan oleh takdir.
 Lukisan Keenan


            Perahu Kertas adalah cerita cinta dalam arti yang luas. Kisah cinta antar pasangan manusia, dibalut konflik untuk mencintai impian mereka. Berusaha untuk menjadi diri sendiri, mengikuti kata hati, tanpa harus berubah jadi orang lain untuk sekadar mencintai. Seperti tema pada nover bestseller lain yang diangkat jadi fim, seperti Laskar Pelangi dan Negeri 5 Menara, kekuatan mimpi dan keyakinan itu tidak terbantahkan. Memang hal tersebut belum tergambarkan utuh dalam fim Perahu Kertas bagian pertama ini. Tapi saya punya harapan besar bahwa kekuatan itu akan muncul di bagian keduanya.

            Sedikit bocoran, Hanung Bramantyo bersama Dee dan Titi DJ ikut ambil peran dalam film ini. Penasaran mereka bermain sebagai apa? Langsung saja lihat filmnya ya.
“Hai ‘Nus, manusia satu itu muncul lagi. Apa kabar ya dia? Tunggu perahu kertasku ya.. cerita ini belum usai…,” (Kugy)
 sumber : http://hiburan.kompasiana.com

Cina Penemu Kertas Pertama


            Hay pengunjung yang terhormat, ternyata kertas itu pertama kali di temukan di China,  Tercatat dalam sejarah adalah peradaban China yang menyumbangkan kertas bagi Dunia.
Adalah Tsai Lun
yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero China pada tahun 101 Masehi.
            Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
            Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga dizaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah
            Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia. Penemu bahan kertas Ts’ai Lun besar kemungkinan sebuah nama yang asing kedengaran di kuping pembaca. Menimbang betapa penting penemuannya, amatlah mengherankan orang-orang Barat meremehkannya begitu saja. Tidak sedikit ensiklopedia besar tak mencantumkan namanya barang sepatah pun. Ini sungguh keterlaluan. Ditilik dari sudut arti penting kegunaan kertas amat langkanya Ts’ai Lun disebut-sebut bisa menimbulkan sangkaan jangan-jangan Ts’ai Lun sebuah figur tak menentu dan tidak bisa dipercaya ada atau tidaknya. Tetapi, penyelidikan seksama membuktikan dengan mutlak jelas bahwa Ts’ai Lun itu benar-benar ada dan bukan sejenis jin dalam dongeng. Dia seorang pegawai negeri pada pengadilan kerajaan yang di tahun 105 M mempersembahkan contoh kertas kepada Kaisar Ho Ti.
           
Catatan Cina tentang penemuan Ts’ai Lun ini (terdapat dalam penulisan sejarah resmi dinasti Han) sepenuhnya terus terang dan dapat dipercaya, tanpa sedikit pun ada bau-bau magi atau dongeng. Orang-orang Cina senantiasa menghubungkan nama Ts’ai Lun dengan penemu kertas dan namanya tersohor di seluruh Cina. Tak banyak yang dapat diketahui perihal kehidupan Ts’ai Lun, kecuali ada menyebut dia itu orang kebirian. Tercatat pula kaisar teramat girang dengan penemuan Ts’ai Lun, dan ia membuatnya naik pangkat, dapat gelar kebangsawanan dan dengan sendirinya jadi cukong. Tetapi, belakangan dia terlibat dalam komplotan anti istana yang menyeret ke kejatuhannya.
      Catatan-catatan Cina menyebut –sesudah dia disepak– Ts’ai Lun mandi bersih-bersih, mengenakan gaunnya yang terindah, lantas meneguk racun. Penggunaan kertas meluas di seluruh Cina pada abad ke-2, dan dalam beberapa abad saja Cina sudah sanggup mengekspor kertas ke negara-negara Asia. Lama sekali Cina merahasiakan cara pembikinan kertas ini. Di tahun 751, apa lacur, beberapa tenaga ahli pembikin kertas tertawan oleh orang-orang Arab sehingga dalam tempo singkat kertas sudah diprodusir di Bagdad dan Sarmarkand. Teknik pembikinan kertas menyebar ke seluruh dunia Arab dan baru di abad ke-12 orang-orang Eropa belajar teknik ini. Sesudah itulah pemakaian kertas mulai berkembang luas dan sesudah Gutenberg menemukan mesin cetak modern, kertas menggantikan kedudukan kulit kambing sebagai sarana tulis-menulis di Barat.
            Kini penggunaan kertas begitu umumnya sehingga tak seorang pun sanggup membayangkan bagaimana bentuk dunia tanpa kertas. Di Cina sebelum penemuan Ts’ai Lun umumnya buku dibuat dari bambu. Keruan saja buku macam itu terlampau berat dan kikuk. Memang ada juga buku yang dibuat dari sutera tetapi harganya amat mahal buat umum. Sedangkan di Barat –sebelum ada kertas– buku ditulis di atas kulit kambing atau lembu. Material ini sebagai pengganti papyrus yang digemari oleh orang-orang Yunani, Romawi dan Mesir. Baik kulit maupun papyrus bukan saja termasuk barang langka tetapi juga harga sulit terjangkau.

Jumat, 31 Mei 2013

Perpustakaan Terindah di Eropa 
 Perpustakaan telah menjadi pilar bagi ilmu pengetahuan dan juga merupakan rumah yang luar biasa bagi arsitektur. Berikut ini adalah beberapa perpustakaan menakjubkan yang terletak di Eropa. Mulai dari masa lalu menuju era modern, pusat ilmu pengetahuan dan pembelajaran ini juga menyimpan nilai-nilai sejarah dan budaya. 
1. National Library in Vienna, Austria
Austrian National Library adalah perpustakaan terbesar di Austria yang menyimpan 7,4 juta koleksi buku. Perpustakaan ini terletak di dalam istana Hofburg di Wina, Austria. Didirikan oleh keluarga kerajaan Habsburg, perpustakaan ini awalnya bernama “Hof-Bibliothe” (Perpustakaan Kerajaan) dan pada tahun 1920 nama perpustakaan berubah menjadi seperti sekarang ini.




2. Abbey Library in Admont,Austria 
Abbey Library in Admont dibangun pada tahun 1776, dirancang oleh arsitek Joseph Hueber dan merupakan perpustakaan biara terbesar di dunia. Memiliki desain kubah yang unik, dihiasi oleh lukisan Bartolomeo Altomonte yang menggambarkan tahapan ilmu pengetahuan manusia. Perpustakaan ini juga menyimpan 1.400 naskah tua dari St Peter Abbey. 




3. Abbey Library in Kremsmünster,Austria
 Perpustakaan ini dibangun antara tahun 1680 dan 1689 yang di desain oleh Carlo Antonio Carlone. Merupakan salah satu perpustakaan terbesar di Austria dengan 160.000 koleksi buku, 1.700 manuskrip dan 2.000 incunabula. Koleksi buku yang paling berharga di perpustakaan ini adalah “Codex Millenarius”, sebuah Kitab Injil yang ditulis sekitar tahun 800 di Mondsee Abbey. Duplikat dari naskah kuno ini dapat ditemukan di sejumlah perpustakaan seluruh dunia.


 4. Saxony State and University Library in Dresden,
Germany Saxon State Library, atau dalam bahasa Jerman Sächsische Landesbibliothek – Staats und Universitätsbibliothek Dresdenabbreviated (SLUB Dresden), terletak di Dresden, Jerman. Perpustakaan ini merupakan salah satu dari dua perpustakaan daerah yang dimiliki negara, selain perpustakaan akademik Dresden University of Technology. Dibangun pada tahun 1996 yang merupakan penggabungan dari perpustakaan Saxon State Library (SLB) dan State University Library Dresden (SUBD). Koleksi buku di perpustakaan ini hampir mencapai 9 juta! yang menjadikan salah satu pusat arsip publik terbesar di Jerman. Koleksi berharga di perpustakaan ini meliputi Codex Dresdensis, sebuah Al Quran berbentuk Octagonal dari tahun 1184 dan salinan Injil Petrus Schoeffer yang dicetak pada tahun 1462.

 5. The City Library in Malmo,Swedia
 Malmo City Library tarletak di kota Malmo, Swedia. Perpustakaan ini memiliki 550.00 koleksi dari berbagai media, sekitar 10.000 DVD, 33.500 CD musik. Pada tahun 2006 menjadi perpustakaan pertama di Swedia yang meminjamkan video game. Dibuka pertama kali pada tanggal 12 Desember 1905 yang kemudian pada tahun 1946 pindah ke dalam istana Regementsgatan. Saat ini perpustakaan memiliki tiga bangunan utama. 



6. Konstanz University of Applied Sciences Library in Germany Konstanz
University of Applied Sciences Library tarletak di tepi danau Constance yang didirikan pada tahun 1966 yang memiliki lebih dari 1.100 staff dan lebih dari 9.000 komunitas mahasiswa. Perpustakaan ini memiliki koleksi lebih dari 2 juta buku, jurnal dan media lain. Selain media cetak, perpustakaan juga memiliki koleksi lebih dari 32.000 e-book, 28.000 e-jurnal dan 420 jaringan database. Hampir semua media dapat diakses selama 24 jam.



7. Leipzig University Library (aka Bibliotheca Albertina)
in Germany Leipzig University Library didirikan pada tahun 1542, setelah reformasi oleh rektor universitas, Casper Borner yang berhasil meyakinkan Duke of Saxony untuk menyumbangkan bangunan biara Dominika St Paul kepada Universitas Leipzig. Pada awal pembukaannya, perpustakaan memiliki sekitar 1.000 buku dan sekitar 1500 manuskrip. Peristiwa pemboman pada saat Perang Dunia II tahun 1943-1945 telah menghancurkan dua pertiga gedung Albertina Bibliotheca, sebuah bangunan bergaya Neo-Renaissance yang berdiri megah. lebih dari 42.00o koleksi perpustakaan hilang, beberapa ditemukan di perpustakaan Russia.

 8. The University Library of Graz in Austria
University Library of Graz merupakan perpustakaan sains terbesar di Styria dan terbesar ketiga di Austria. Perpustakaan ini merupakan bagian dari Universitas Karl Franzen Graz yang terdiri dari perpustakaan utama, perpustakaan kedua (ilmu hukum, ilmu sosial ekonomi, dan teologi) dan beberapa cabang perpustakaan yang terbuka untuk umum. Menampung semua karya manuskrip dan cetak hingga tahun 1900. Beberapa naskah parlemen yang paling berharga adalah 5 Georgia tertua (abad 7- abad 11) yang ditemukan di biara St. Catherine di kaki gunung Sinai.

9. Vilnius University Library in Lithuania
Vilnius University Library atau sering disingkat VUL merupakan perpustakaan tertua dan salah satu perpustakaan akademik terbesar di Lithuania. Terletak di kota lama Vilnius yang berdekatan dengan istana Presiden Lithuania. Perpustakaan ini memiliki 5,4 juta koleksi dokumen di rak rak yang memiliki panjang 166 kilometer. Keanggotaan perpustakaan dapat diperoleh oleh mahasiswa universitas dan masyarakat umum. Pada tahun 2010 perpustakaan memiliki 28.420 anggota. 


10. The Royal Library in Copenhagen,
Denmark The Royal Library in Copenhagen (Det Kongelige Bibliotek) merupakan perpustakaan nasional Denmark dan Kopenhagen University dan salah satu perpustakaan terbesar di negara-negara Nordik. Berisi berbagai macam dokumen sejarah, semua karya yang dicetak di Denmark sejak abad ke 17. Saat ini perpustakaan memiliki 4 bangunan yang terletak di Gothersgade, Kopenhagen, (khusus ilmu hukum dan sosial), Amager (khusus ilmu humaniora), Norre Per Alle (khusus ilmu pengetahuan alam dan kesehatan), dan perpustakaan utama di Slotsholmen terletak di dekat pelabuhan Kopenhagen meliputi berbagai ilmu dan beberapa koleksi khusus.